Rabu, 23 Maret 2011

Ayahku Mendorongku..! Apa jadinya..?


Well, judul post ini serem amat yach? kok didorong.?? kaya kereta bayi aja. hehe.
Beneran lagi, ayah saya pernah mendorong saya sampai-sampai jadinya begini? emang jadi apa? penasaran.?? lanjut bro..
Dulu, saya ini punya nilai pas-pasan dalam sekolah.. sehingga ayahku kesal dan mendorong saya keselokan. Jebuuuuurrr... bleb, bleb bleb!! uwaaaaaaah, bacah deech!. Jangan percaya.. ini fiktif, tapi sebagian bener loh, nilai sekolahku waktu SD itu pas-pasan. Saking pasnya terhempas deh. Begitulah saya, males bukan soal nggak dikasih uang jajan, tetapi emang males dari sononya.
Tolong ya Allah... kenapa males aja dibangga-banggain..?? apalagi rajinnya.! Ayah memang seorang kapten kapal keluarga yang bijak. Kebijakannya tak lepas dari mulutnya yang bawel. (hehe maaf ya ayahku yang guuaaangteng). Tapi bawelnya itu berbobot loh.., Gila!, kata demi kata yang mengandung makna dia tulis dalam kertas HVS, Seperti keikhlasan, kesabaran, keberanian, keilmuan, keadilan, kekuasaan, kekayaan, kesabaran dan lain-lain asalkan berimbuhan ke- dan –an. Waktu itu sih aku nggak tau maksudnya apa, tapi setalah dewasa dikit (deb.. deb.. emang kamu bisa dewasa, apa? hihihi) aku jadi tau. Ternyata ayah belajar untuk bisa memberikan dorongan agar anak-anaknya kelak bisa mengeti arti kata-kata itu.
Sebenarnya ayah tidak terlalu peduli dengan nilai pendidikan saya disekolah. Benar juga, nilai hanya berlaku di sekolah saja. Tapi apa? Buktinya orang-orang yang bernilai tinggi tapi tidak memiliki nilai dalam hatinya, NOL BESAR. Bangsa ini mau dibawa kemana tuh sama orang-orang yang pintar tapi tidak memiliki hati??? korupsi merajalela bak rayap memakan tumpukan koran bekas di pojok rumah. Padahal bangsa saya ini kayanya luar biasa loh. Ya Allah… sadarkanlah mereka yang pintar-pintar itu agar tidak pintar membodohi rakyatnya.
Kembali kepada diri saya yang didorong ayah. Ketika semangat belajar saya menurun tapi ayah malah mengajak main layang-layang didepan rumah. Yaa.. walaupun masih amatiran. Tapi cukup mampu memutuskan benang layang-layang orang lain. Kayanya sih, prinsipnya cuma nasihat saja yang perlu diberikan pada anaknya.
Ayah memang benar-benar pengertian. Dari pengertiannya itu, ayah memberikan support. “Kalo kamu dapat nilai 10, besok hari minggu ayah ajak kamu jalan-jalan ke dufan”. Hemmm… dorongan apalagi nih. Yaa… banyak orang menilai ini adalah bentuk apresiasi ayah kepada prestasi anaknya. Daripada diancam atau dihukum gara-gara nilai anjlok, bisa-bisa kak Seto datang kerumah dan ayah kena ancam pasal pidana kekerasan anak. Tidak lah, ayah bukan orang seperti itu. Ayah saya orang yang baik, sangat royal. Bagi beliau, rezeki pasti datang asal kita ada usaha untuk mencarinya.
Pernah saya dinasehati ketika saudara kandung ayah yang ikut menjadi pegawai dagangannya mengambil uang secara diam-diam. Ayah malah mengikhlaskan duit itu diambil, tapi dengan syarat kalo adiknya itu ga boleh kerja lagi dengan ayah. “nak, ternyata saudara sendiri belum tentu lebih baik dari orang lain”. Saya mengerti, pengalaman ayah menjadi pengalaman saya juga. Boleh kita mempercayai orang lain dari pada saudara sendiri. Hanya Allah-lah yang pantas membolak-balikan hati manusia.
Suatu saat usaha ayah jatuh, ayah mencari kerja untuk menghidupi keluarganya. Tapi apa dia bilang dengan keadaan mengenaskan seperti itu. (Maaf, kata mengenaskan terlalu parah. Ganti deh) maksudnya dengan keadaan bangkrut seperti itu. Ayah bilang “Nikmati hidup yang kita miliki”. Hemm… apa lagi nih,? Ketika saya lebih sedikit dewasa, saya mengerti itu adalah “syukur”.  Menerina apapun keadaan kita dengan menikmatinya. Mungkin ayah tau kalau dengan bersyukur akan ditambah nikmatnya sama yang punya dunia ini. Itu pun menjadi dorongan ayah buat saya.
Ternyata dorongan itu adalah motivasi ayah yang setiap saat saya dengar. Walaupun dulunya nggak ngerti, tap sekarang saya mengerti pelajaran hikmah dari seorang yang saya banggakan. Terima kasih ayah nasihat-nasihatmu akan saya teruskan ke cucumu. (percaya diri ajalah, walaupun belom nikah, hehehe).





1 komentar:

Woelan Coel Me Oel mengatakan...

hemm rada sedih dengernya...tapi bnar juga,,pelajaran dari seorang untuk anaknya sangat berbeda2 tapi tujuan tetap 1,semoga bisa dimabil hikmah oleh kita semuanya..amien.....

Posting Komentar

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...