Selasa, 29 Maret 2011

Terperangkap di Dingin Malam

Kalau saja saya boleh berteriak kencang pada pemerintah negeri ini, pastilah saya lakukan di depan mukanya mereka para pejabat. Tau kenapa? kalian pasti pernah melihat anak-anak jalanan yang meminta-minta saat lampu merah menyorot derasnya angin malam, sehingga saling melawan angin hembusan kenalpot mobil-mobil yang melintas.
Sungguh ironis, bukan? Negeri yang terkenal melimpah dengan kekayaan alamnya, mulai dari darat sampai lautan, belum bisa membangun rumah atau pun tempat tinggal yang layak untuk orang-orang yang tiap hari terperangkap di dingin malam. Sekali lagi, kalau saya boleh berteriak didepan para pejabat negeri ini, saya akan menanyakan "WOOII, KEMANA KAMU SEMUA AH? MANA JANJIMU? MANA BUKTI KERJA KERASMU? APA MUNGKIN SELAMA INI KALIAN TIDAK KERJA AH?. waah, habis deh suara saya. minum dulu ah...!!!
Setelah minum, saya pun ingat lagi kepada mereka yang berada di jalanan malam-malam. Saya bisa menikmati nikmatnya air bening yang saya minum tadi dengan lahap menyegarkan tenggorokan saya, tapi bagaimana dengan mereka-mereka itu? Apa benar mereka minum dengan air yang bersih? Dimana mereka mendapatkan air minum yang steril? Untuk makan saja mereka meminta terlebih dahulu kepada pengendara mobil atau motor yang berhenti menunggu lampu hijau. Kadang diacuhkan, dikasih, atau cuma dilihat saja tanpa memberi apa-apa.
Kasihan mereka..!!!. Pandangan mata mereka kosong walaupun di depan mata mereka ada orang-orang berjalan kesana-kemari dengan kesibukannya. Orang-orang yang kasihan itu digilas oleh kaki-kaki waktu yang berjalan angkuh seperti mengejar waktu yang amat berharga. Mereka terjerat dengan mimpi-mimpi yang indah dan harus dibeli dengan keringat bahkan harga diri.
Waktu siang, mereka merasakan panasnya mentari yang menghanguskan kulit dan rambut tipis mereka. Mereka juga nyaris tidak percaya oleh roda nasib yang berputar layaknya roda-roda yang setiap saat mereka lihat tanpa tahu sama sekali merknya. Sementara, hari terus berganti dan waktu-waktu yang mereka jalani benar-benar akan membekas di hati mereka dalam keadaan dendam membara.
Diantara mereka yang hidup di jalanan terjalin sebuah persahabatan. Hanya sesama sahabatlah mereka sanggup mengerti satu sama lain. Sungguh kasihan mereka.!!!  Nasib memang mereka yang menentukan, tapi apakah kita tidak boleh memberikan harapan?
Saya kasih tahu suatu hal yang dapat kita ambil hikmah dari orang-orang pinggiran yang hidup dijalanan seperti mereka. Perhatikan saat tiba di antara mereka dimanapun nanti. Perhatikan ketajaman mata mereka. Mereka seolah menikam jiwa-jiwa kita yang sepantasnya kita lari dari sifat ketamakan, kesombongan, keserahkahan dan keegoisan. Jangan sekali-kali mencampakkan mereka dengan angkuh. Berikan senyum kepada mereka. Jika ada makanan yang lebih sayang jika dibuang, berilah kepada mereka dengan hangat. 
Kita memang sepantasnya bangkit karena melihat mereka yang terus merenungi nasib dengan tatapan kosong matanya. Masih baikkah kita hidup dengan keadaan seperti ini? dibanding mereka, ternyata hidup ini nikmat untuk dipelihara kebaikannya. 

"Lihatlah dan bukalah mata hatimu... melihat yang lemah dan luka. Namun semangatnya takkan pernah purdar, hingga Tuhan kan berikan jalan". ("Mata Hati" oleh Erry Band)

0 komentar:

Posting Komentar

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...