Tadi pagi, saya terheran-heran ketika nonton berita disalah satu stasiun TV swasta. Beritanya mengenangi seorang janda paruh baya memiliki satu anak yang pekerjaannya membersihkan gerbong kereta api. Upah dari perkerjaannya (kata yang ngomong berita nih..) tidak sesuai dengan kerja beratnya. Nah.., pas diwawancarai dengan pertanyaan "Dukanya apa bu, bekerja seperti ini?". Ibu itu menjawab, "Dukanya ya.. senang aja".
Sumpah bro and sis, baru kalo ini saya denger tuh jawaban yang aneh tapi maknanya kuat. Apa kuatnya? coba saja perhatikan! Kata berita itu, upah yang diterima oleh ibu pembersih gerbong kereta sebulannya adalah 500.000 rupiah, tanpa uang makan. Sedangkan dia memiliki satu anak yang harus diumpanin makan tiap harinya. Pekerjaannya membersihkan gerbong kereta hingga dalam-dalamnya. Inget WC di gerbong kereta kelas ekonomi kan? baunya kaya apa coba? iihhh, ga bisa kebayang. Pesing abiiiss.. (kata berita, bau pesing itu sudah menjadi teman dalam pekerjaannya. Subhanallah!)
Kalo dilihat dari jawabannya tadi, ibu itu rupanya sangat enjoy menerima apa yang menjadi pekerjaannya dan menerima berapa yang menjadi upahnya. Mungkin, karena mencari pekerjaan di kota besar seperti Jakarta sangat sulit. Daripada nganggur dan nggak bisa makan sama anaknya, mendingan dia kerja. Jawabannya "duka ya.. senang aja" itu, bisa jadi karena dia grogi ditanya oleh wartawan atau benar-benar dia menerima dengan ikhlas dan mensyukurinya.
Okeh, kita ambil kemungkinan yang kedua. Yaitu, ibu itu ikhlas dan bersyukur.
Saya mendapat inspirasi dari kenyataan ibu yang miris ini. Betapapun sulitnya pekerjaan bahkan menghadapi bau pesing bekas ratusan orang pengguna angkutan kereta, dia tetap bilang senang karena dia ikhlas menerima dan bersyukur apa yang dia dapat.
Coba, bagaimana dengan kalian..? Mungkin yang sedang membaca tulisan ini, bekerja di kantor ber-AC yang dingin dengan pewangi ruangan yang harum semerbak bunga. Tapi tetap saja kan, ada keluhan-keluhan besar atau kecil yang keluar dari hati melalui mulut!?.
Keluhan itu wajar, coba lihat bagaimana ibu pembersih gerbong kereta tadi. Alangkah lebih baiknya jika yang keluar dari mulut itu adalah ungkapan syukur. Manakala kalian sedang dapet tumpukan pekerjaan di kantor, ungkapkanlah kalimat positif seperti "Alhamdulillah, saya ditugaskan berolah raga lagi". Seandainya bos marah-marah, "Emmm, dapat siraman rohani lagi deh" (dalam hati aja yach.., kalo keluar dari mulut, saya nggak mau bertanggung jawab kalo kamu dipecat. hehe). Atau barangkali, gaji bulanan nggak turun tepat waktu.., gampang kok, bilang aja "Selamat atas diriku, yang kali ini harus belajar berhemat, mat, mat".
Gimanaaa.. enak kan?, daripada ngeluh, ngedumel, cemberut, manyun. Kan lebih enak hati bisa mengeluarkan kata-kata positif. Hati manusia itu akan bersyukur saat melihat sesuatu yang lebih tragis dan sengsara darinya. Apa nggak ada kata-kata lain selain dua kata nggak menyenagkan itu? hahaha. Makanya, sering-seringlah melihat sekeliling kamu. Nggak cuma kamu kok yang sengsara hehe, tapi banyak juga kan?. Bahkan, lebih memprihatinkan lagi nih.. seperti anak jalanan yang wajahnya masih imut-imut dan lugu-lugu ngamen dari angkot ke angkot dengan alat musik tutup botol yang disusun sehingga bunyinta ‘cek kecrek kecrek’, bayi atau balita yang digendong ibu-ibu sambil meminta-minta. Na'uzubilamindzalik ya Tuhan... hamba akan selalu memperbanyak syukur dan ikhlas kepada-MU, ampuni hamba ya Tuhan.. jika masih ada keluhan-keluhan tidak jelas. Hiks 3x.
(Sambil mengusap air mata sendiri nih) udah paham belum sih yang saya katakan? hiks 1x (ingus meler, lap dulu aah). yuks kitacs samach-samach berubacth, dari manusia yang suka mengeluh ke manusia yang suka bersyukur.
"Maka nikmat Tuhan manakah yang kamu dustakan" (QS. Ar-Rahman)
1 komentar:
Wah ceritany kaya nyindir nih ckckckkck..tapi gd lahh..semoga kau menjadi seorang penulis sesuai keinginan kamu ya sayang.....
Posting Komentar